Rabu, 20 Oktober 2010

KOMISI IV DPR MEMINTA AGAR PEMERINTAH SEGERA MENANGANI MASALAH SAPI POTONG DAN SAPI PERAH

Komisi IV DPR merasa prihatin dengan terjadinya sapi betina produktif yang sedang hamil dan siap untuk dipotong. Demikian yang dikatakan Anggota Komisi IV DPR-RI Dr.Ir. Siswono Yudo Husodo. Keterangan ini disampaikan pada saat rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen dan Sekjen Kementerian Peternakan, dipimpin Wakil ketua komisi IV Herman Khaeron di gedung DPR Senayan Jakarta, Rabu, (18/10) siang.
Siswono Yudo Husodo menambahkan, bahwa Tim Komisi IV DPR yang melakukan peninjauan ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Kota Kupang, hasil yang didapat adalah masih banyak sapi betina produktif dan kondisinya sedang hamil dan sehat yang siap untuk dipotong, hal ini menunjukan masih lemahnya pengawasan dari pemerintah daerah khususnya Kepala Dinas Peternakan setempat dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengembangan sapi di NTT.
Anggota Komisi IV DPR Siswono juga menyesalkan bahwa masih banyak pintu masuk dan keluar ke pelabuhan serta kurangnya petugas Balai Karantina yang menyebabkan lemahnya pengawasan terhadap komoditas yang masuk ke NTT, hal ini dipandang perlu pembatasan bagi pelabuhan-pelabuhan sebagai pintu keluar dan masuk komoditas.
Dia juga mengemukakan bahwa, fasilitas sarana dan prasarana karantina yang terbatas seperti kandang karantina yang terbatas, perlengkapan laboratorium yang kurang memadai, serta masih lemahnya pengawasan dan Komisi IV DPR meminta  pembangunan fasilitas yang ada  tidak melibatkan pihak swasta.
Sekjen Departemen pertanian Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim membenarkan berdasarkan data dan pelaporan dari provinsi di seluruh Indonesia, telah terjadi pemotongan sapi betina produktif dan sedang hamil yan cukup signifikan sebesar 200.000 ekor sapi pertahun. Pemotongan sapi produktif merupakan ancaman dan hambatan serius dalam hal penyediaan bibit sapo lokal dalam upaya peningkatan populasi.
Sekjen Pertanian juga menjelaskan bahwa dalam rangka pencapaian swasembada daging sapi, Kementerian pertanian telah menetapkan Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau 2014. Dalam implementasinya program tersebut akan dilaksanakan melalui 13 kegiatan operasional, dimana salah satu kegiatan operasional yang paling penting adalah penyelamatan sapi betina produktif.
 Agar dilaksanakan efisien dan efektif, penyelamatan sapi betina produktif akan diprioritaskan pada tiga sasaran antara lain, kelompok ternak, pasar hewan dan RPH, dengan pelaksana kegiatan kelompok penyelamat. Kriteria kelompok penyelamat, alokasi dan ternak yang diselamatkan telah ditetapkan dalam pedoman teknis penyelamatan sapi betina produktif.
Hasanuddin juga mengatakan bahwa terkait banyaknya pintu masuk komoditas, sarana dan prasarana, keterbatasan SDM dan usulan revisi UU No.16 tahun 1992 dapat dijelaskan, bahwa pembatasan pintu pemasukan dan pengeluaran komoditas pertanian. Pengawas terhadap pintu-pintu pemasukan/pengeluaran telah dilakukan secara optimal dengan SDM yang ada. Selain itu alokasi penambahan SDM terus dilakukan setiap tahunnya untuk memenuhi kekurangan UPT.
Sekjen Kementerian pertanian Hasanuddin juga menegaskan bahwa Kementerian Pertanian sudah ada rencana mengalokasikan anggaran TA 2010 untuk pengadaan peralatan laboratorium maupan pembangunan/pengembangan instalasi karantina termasuk untuk pemenuhan terhadap kekurangan yang ada di BKP kelas 1 Kupang.
Dia juga menambahkan bahwa peningkatan kompetensi SDM merupakan salah satu program peningkatan/pengembangan SDM karantina pertanian telah berjalan secara rutin mulai dari pendidikan dasar, sampai dengan pendidikan yang bersifat keterampilan, keteknisan maupun administratif. Selain itu dilakukan pendidikan-pendidikan yang bersifat penyegaran bagi funsional-fungsional yang telah senior dengan tujuan untuk merefresh dan meng-update kembali pengetahuan-pengetahuan yang telah lama maupun baru. (Spy).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar